Anyang dan raja ikan(riau)








 anyang dan raja ikan

 




Menjelang senja, air sungai siak berkilau ditimpa sinar matahari yang kemerahan. Airnya jernih. Sungai yang terkenal dalam itu tampak beriak-riak di permukaan air, mengalir tenang menuju sungai hilir.
Begitu banyak makhluk hidup yang bergantung pada sungai siak.
Berbagai jenis ikan tinggal di dalamnya. Manusia juga memanfaatkan sungai siak untuk kehidupannya.

Setiap sore, seorang anak laki-laki bernama anyang selalu bersampan di sungai siak, dia mendayung sampai dari hulu hingga jauh menuju hilir.
Disepanjang aliran sungai siak, dia bernyanyi dengan irama yang sendu, membawakan sajak kepedihan. Siapa pun yang mendengarnya serasa teriris-iris hatinya, ikut merasakan kepedihan anak kitu. Konon katanya, dia sedang mencari ibunya yang hilang terbawa arus sungai siak.
Dia hidup sebatang kara. Tak ada orang yang tahu tempat tinggalnya.
Lagu-lagu dan sajak menyayat hati yang dibawakan oleh anyang, membuat raja ikan yang tinggal di sungai siak jadi ikut bergetar hatinya.
Raja ikan jadi ikut sedih dan memutuskan untuk menemui si anyang
"Hai anak kecil, apa gerangan yang terjadi hingga engkau bernyanyi begitu menyayat hati?" Tanya raja ikan
"Aku ingin bertemu ibuku. Aku sangat merindukannya. Ibuku tak pulang-pulang setelah bersampan di sungai ini. Dengan menyusuri sungai ini, aku berharap dapat menemukannya. Apakah engkau dapat menolongku?"
Raja ikan sangat iba memandang anak itu. Dia tahu ibu anak itu telah lam meninggal dunia, karena hanyut terbawa arus deras sungai siak ini. Namun raja ikan tidak ingin memberi tahu kepada anak itu karena merasa tidak tega.
"Maafkan aku, aku tidak bisa menolong mu untuk menemukan ibumu, untuk mengurangi rasa sedihmu, maukah kau berteman dengan kami dari kerajaan ikan? Semua warga kerajaan ikan adalah temanmu. Engkau bisa memanggil mereka kapan saja engkau membutuhkannya. Ambillah tongkat ini, pukul kan ke permukaan air sungai ini, maka kami akan datang."
"Terimakasih atas kebaikan mu, raja ikan. Aku berjanji akan selalu memperlakukan kalian sebagai temanku yang baik," jawab anyang. Lalu, dia meneruskan perjalanannya menyusuri sungai siak sambil melantunkan kembali lagu-lagu penuh kepedihan.
Lama-kelamaan, orang-orang yang tinggal di sepanjang sungai itu pun mengenalnya dan ikut sedih mendengar irama lagu yang senantiasa dialunkannya.
Namun tak seorangpun yang tega mengatakan kepadanya kalau ibunha sudah meninggal.
Pada akhirnya, berita tentang anak bersampan yang tengah dirundung malang sampai juga ketelinga Batin Perawang, kemudian dipanggillah anyang untuk menghadap.
"Siapakah namamu dan mengapa engkau bersampan dan menyanyi begitu menyayat hati?"
"Namaku anyang. Aku sedang mencari ibuku, batin. Tahukah batin, dimana ibuku berada?" Tanya anyang, dengan menetes kan airmata anyang menceritakan tentang ibunya yag hilang"
Batin perawang ikut sedih mendengat nya. Anak ini bengitu mencintak ibunya. Aku ingin menolongnya pikir batin perawang.
"Malang nasib mu nak. Ketahuilah bahwa ibumu sesunggunya sudah tiada. Engkau tak perlu lagi mencarinya disepanjang sungai siak.
Tinggalah bersamaku disini. Anggaplah ini rumahmu dan anggaplah istriku sebagai ibumu. Kebetulan kami belum dikaruniai seorang putra. Dan kami akan menyayangimu seperti anak kami sendiri."
Sejak saat itu, tinggalah anyang bersama batin perawang. Seluruh keluarga batin perawang menyayangi nya.
Hingga dia tumbuh menjadi dewasa dan cerdas.
Dengan cepat dia menyesuaikan diri, dan menyerap semua ilmu pengetahuan yang dipelajari nya, hingga semakin besar semakin terlihat lah kehebatanya.
Pada suatu hari, wilayah batin perawang diserang perompak dalam jumlah besar. Semua kalang kabut, terdesak oleh perompak-perompak itu. Tak ada yang bisa mengalahkan perompak yang kuat dan banyak jumlahnya ittu. Batin perawang dan keluarganya terpaksa diungsikan ke seberang, sebelah barat sungai siak. Anyang yang sudah tumbuh menjadi pemuda kuat segera mengatur sebuah rencanga.
Dipancing lah perompak itu untuk melalui sungai siak.
Ketika perompak itu hendak mendekat menyeberang, anyang memukulkan tongkat pemberian raja ikan kepermukaan air sungai siak. Muncullah beribu-ribu ikan besar dan kecil. Anyang memerintahkan ribuan ikan untuk menghadang perompak. Dalam sekejap pasukan perompak diserang ribuan ekor ikan. Ada yang menggigit, menusuk dengan sirip yang tajam, melubangi perahu hingga tenggelam, bahkan sampai menelan manusia bulat-bulat.
Pasukan perompak itu akhirnya dapat dikalahkan. Kehebatan anyang menjadi pembicaraan dan terkenal hingga ke kerajaan siak.
Ketika batin perawang mangkat dari jabatannya, anyang diangkat oleh sultan siak menggantikan batin perawang. Dia memerintah sukunya dengan bijaksana dan tetap bersahabat dengan raja ikan.
Anyang berjanji akan senantiasa membantu kelangsungan kehidupan makhluk hidup sungaj siak, tidak merusak lingkungan sungai siak, dan selalu menjaganya dari ancaman manusia serakah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tumbal pesugihan di bukit kuntilanak

Misteri harta karun

**Dunia Cermin 3 End**